Selasa, 08 Februari 2011

Cara Cepat Menjadi Kaya dan Tetap Kaya ( karya Robert T Kiyosaki) part 2# Daya Ungkit Pikiran Anda


 Daya Ungkit Pikiran Anda
Bentuk daya ungkit paling hebat yang kita miliki terdapat dalam kekuatan
pikiran anda.  Persoalan  dengan daya ungkit adalah  bahwa daya ungkit dapat
bekerja untuk membantu anda atau melawan anda.  Kalau anda ingin pensiun
muda dan pensiun kaya,  hal pertama yang harus anda lakukan adalah
menggunakan kekuatan pikiran anda untuk membuat  anda kaya.  Ketika
menyangkut soal uang, sangat banyak orang menggunakan kekuatan pikiran mreka
untuk membuat diri sendiri miskin.

Seperti dikatakan ayah kaya, “Satu perbedaan besar antara kaum kaya dan
kaum miskin adalah bahwa orang  miskin berkata “Saya tidak sanggup
membelinya” lebih sering dibanding orang kaya.”  Dia juga berkata, “Di Sekolah
Minggu saya belajar ’dan firman itu menjadi manusia’.”  Dia melanjutkan dengan
berkata, “Orang miskin  menggunakan kata-kata jelek dan kata-kata jelek
menciptakan orang miskin.  Kata-katamu menjadi kenyataan.”  Pada bagian ini
anda akan mempelajari perbedaan antara kata-kata kaya dan kata-kata miskin serta
kata-kata cepat dan kata-kata lambat.  Anda akan mengetahui cara mengubah kata-
kata dan pikiran anda menjadi kata-kata dan pikiran orang kaya, pensiun muda dan
pensiun kaya akan mudah.

Bab I
Cara Menjadi Kaya dan Pensiun Muda


Berikut adalah kisah tentang bagaimana istri saya, Kim, sahabat saya, Larry,
dan saya memulai perjalanan kami dari tidak punya uang,  hingga kaya, hingga
pensiun dalam kurang dari  sepuluh tahun.  Saya menceritakan kisah ini untuk
menyemangati anda yang mungkin ragu-ragu atau membutuhkan kepercayaaan
diri untuk memulai perjalanan menuju pensiun muda.  Ketika Kim dan saya mulai,
kami hampir kehabisan uang, kepercayaan diri rendah, dan penuh keraguan.  Kita
semua mempunyai keraguan.  Perbedaannya adalah apa yang kita lakukan
terhadap keraguan itu.

Perjalanan Dimulai 

Pada bulan Desember 1984, Kim, sahabat saya, Larry Clark, dan saya bermain ski
di Vancouver, British Columbia, di  Gunung Whistler.  Salju sangat tebal,
lintasannya panjang, dan permainan ski mengasyikkan, walaupun sangat dingin. 
Pada malam hari, kami bertiga duduk di dalam pondok kecil yang terletak di
antara pohon-pohon pinus tinggi, hampir  tidak terlihat karena salju menumpuk
hingga mencapai atap.

Sambil duduk di sekeliling perapian setiap malam, kami membicarakan rencana
masa depan kami.  Kami mempunyai harapan yang sangat tinggi tetapi sumber
dayanya sangat sedikit.  Kim dan saya hanya memiliki beberapa dollar terakhir
dan Larry sedang dalam proses membangun bisnis lagi.  Pembicaraan kami
berlangsung hingga larut malam, setiap malam.  Kami membicarakan buku-
buku yang baru saja kami baca maupun film-film yang sudah kami tonton. 
Kami mendengarkan kaset  pendidikan yang kami bawa kemudian
mendiskusikan pelajaran-pelajaran pada kaset itu secara mendalam.

Pada Tahun Baru, kami melakukan apa  yang kami lakukan setiap tahun, kami
menentukan tujuan kami untuk tahun yang baru.  Tetapi tahun ini acara penentuan
tujuan kami berbeda.  Larry ingin  melakukan lebih dari  sekadar menentukan
tujuan kami untuk tahun itu, dia menginginkan kami menentukan tujuan yang
mengubah hidup kami  dengan mengubah realitas kami.   Dia berkata, “Mengapa
kita tidak menulis rencana tentang bagaimana kita semua bisa bebas secara
finansial?”

Saya menyimak kata-katanya dan mendengar apa yang dikatakannya.
Tetapi saya tidak dapat memasukkan kata-katanya ke dalam realitas saya.  Saya
telah membicarakannya, memimpikannya, dan tahu bahwa suatu hari saya akan
melakukannya.  Tetapi ide untuk bebas secara finansial selalu menjadi ide masa
depan, bukan saat ini … jadi ide itu tidak cocok.  “Bebas secara finansial?” saya
berkata.  Ketika mendengar suara saya  sendiri, saya tahu  bahwa saya sudah
menjadi orang yang demikian lemahnya.  Suara saya tidak terdengar seperti biasa.
“Kita telah membicarakannya berkali-kali,’ Larry berkata.  “Tetapi saya kira inilah
saatnya untuk berhenti berbicara, berhenti bermimpi, dan mulai bersunguh-
sungguh  Ayo kita menuliskannya.  Setelah menuliskannya, kita akan saling
mendukung dalam perjalanan ini.”

Dalam keadaan hampir kehabisan uang, Kim dan saya saling berpandangan.
Cahaya dari perapian memperjelas keraguan dan ketidakpastian di wajah kami.
“Itu ide bagus tetapi saya rasa saya  hanya akan berfokus untuk bertahan hidup
selama tahun berikutnya.”   Saya baru saja meninggalkan bisnis dompet nilon dan
Velcro.  Setelah perusahaan itu bangkrut pada 1979, saya telah menghabiskan lima
tahun berikutnya untuk membangunnya kembali dan kemudian meninggalkannya.
Saya meninggalkannya secara dini karena  bisnis telah berubah secara drastis.
Kami tidak lagi membuatnya di Amerika  Serikat.  Agar dapat bersaing dengan
persaingan yang semakin meningkat, kami telah memindahkan pabrik-pabrik kami
ke Cina, Taiwan, dan Korea.  Saya meninggalkan bisnis itu karena saya tidak
tahan lagi dengan ide penggunaan buruh  anak-anak dengan gaji kecil untuk

membuat saya kaya.  Bisnis itu memasukkan uang ke dalam kantong saya, tetapi
mengeluarkan hidup dari jiwa saya.  Saya juga tidak akur dengan para partner
saya.  Kami sudah tidak memiliki hubungan baik dan tidak memilik kesamaan
pandangan.  Saya  meninggalkannya dengan ekuitas yang sangat kecil.  Saya tidak
bisa terus bekerja dalam sebuah bisnis yang mengganggu jiwa  saya dan dengan
para partner yang saya tidak dapat berbicara dengan mereka.  Saya tidak sombong
tentang bagaimana saya keluar, namun saya tahu sudah waktunya untuk keluar. 
Saya sudah berada di sana selama delapan tahun dan saya telah belajar banyak. 
Saya belajar cara membangun sebuah bisnis, cara menghancurkan bisnis, dan cara
membangunnya kembali.   Walaupun saya memperoleh sedikit uang, saya
meninggalkannya dengan pendidikan dan pengalaman yang tidak ternilai
harganya.

“Ayo,” kata Larry.  “Kamu penakut.  Dari pada  menentukan tujun-tujuan
sederhana satu tahun, kerahkanlah seluruh kekuatanmu.  Mari kita menentukan
tujuan besar untuk beberapa tahun.  Berusahalah meraih kebebasan.”
“Tapi kami tidak punya banyak uang,” saya berkata, sambil memandang Kim,
yang wajahnya mencerminkan kecemasan  saya.  “Kamu tahu, kami sedang
memulai kembali.  Kami hanya ingin bertahan selama enam bulan ke depan dan
mungkin satu tahun.  Bagaimana kami dapat berpikir tentang kebebasan finansial
ketika yang kami piirkan saat ini hanyalah kelangsungan hidup finansial?”  Sekali
lagi saya terkejut dengan betapa lemahnya saya bersuara.  Kepercayaan diri saya
benar-benar rendah.  Energi saya sangat rendah.
“Justru lebih bagus.  Anggaplah ini sebagai permulaan baru,”  Larry sekarang
menguasai pembicaraan.  Dia tidak mau berhenti.
“Tapi bagaimana kami bisa pensiun dini kalau kami tidak punya uang sama
sekali?” saya memprotes.  Saya bisa mendengar semakin banyak kelemahan dalam
diri saya keluar.  Saya merasa lemah di dalam dan tidak ingin berjanji melakukan
sesuatu sekarang.  Saya hanya ingin bertahan dalam jangka waktu finansial yang
pendek dan tidak memikirkan masa depan.

“Saya tidak mengatakan bahwa kita akan pensiun dalam satu  tahun,” kata Larry,
sekarang merasa kesal denan respons saya yang penakut.  “Saya hanya
mengatakan mari kita merencanakan pensiun sekarang.  Mari kita menuliskan
tujuan, membuat rencana, kemudian berfokus pada ide itu.  Sebagian besar orang
tidak memikirkan pensiun sampai terlambat … atau mereka merencanakan
pensiun ketika mereka berumur enam puluh  lima.  Saya tidak mau begitu.  Saya
menginginkan rencana yang lebih baik.  Saya tidak mau menghabiskan hidup saya
bekerja hanya untuk membayar tagihan.  Saya ingin hidup.  Saya ingin kaya.  Saya
ingin berkeliling dunia ketika saya masih cukup muda untuk menikmatinya.”
Ketika saya duduk di sana mendengarkan Larry meyakinkan saya tentang manfaat
menentukan tujuan seperti itu, saya dapat mendengar suara kecil di dalam diri saya
memberi tahu saya bahwa menentukan tujuan untuk bebas secara finansial dan
pensiun dini itu tidak realistis.  Bahkan terdengan mustahil.
Larry melanjutkan.  Dia tampak tidak peduli apakah Kim dan saya sedang
mendengarkan sehingga saya mengalihkan perhatian ketika saya mulai
memikirkan apa yang telah dikatakannya.  Dalam hati saya berkata kepada diri
sendiri, “Menentukan tujuan untuk pensiun dini adalah ide bagus … jadi kenapa
saya menentangnya?  Bukan tipe saya untuk menentang ide bagus.”

Tiba-tiba ketika saya sedang diam, saya mulai mendengar  ayah kaya saya
berkata, “Tantangan terbesar yang kamu hadapi adalah berjuang melawan
keraguan dan kemalasanmu  sendiri.  Keraguan terhadap diri sendiri dan
kemalasanmulah yang menentukan dan membatasi siapa dirimu.  Kalau kamu
ingin mengubah keadaanmu, kamu harus  mengatasi keraguan terhadap diri
sendiri dan kemalasanmu.  Keraguan terhadap diri sendiri dan kemalasanmulah
yang membuat kamu tetap  kecil.  Keraguan terhadap diri sendiri dan
kemalasanmulah yang membatasimu dari kehidupan yang kamu inginkan.”
Saya dapat mendengar ayah kaya mengindoktrinasikan hal ini dengan berkata,
“Tidak ada orang lain di jalanmu kecuali dirimu dan keraguan terhadap diri

sendiri.  Mudah untuk tetap sama.  Mudah untuk tidak berubah.  Sebagian besar
orang memilih untuk tetap sama sepanjang hidup  mereka.  Kalau kamu
bersedia mengatasi keraguan terhadap diri sendiri  dan kemalasanmu, kamu
akan menemukan pintu menuju kebebasanmu.”

Ayah kaya melakukan pembicaraan ini dengan saya sebelum  saya meninggalkan
Hawaii untuk memulai perjalanan ini.   Dia tahu saya mungkin meninggalkan
Hawaii untuk selamanya.  Dia tahu saya meninggalkan rumah saya dan tempat di
mana saya merasa  sangat nyaman.  Dia  tahu saya sedang berpetualang ke dunia
tanpa jaminan keamanan.   Sekarang hanya sebulan setelah pembicaraan saya
dengan ayah kaya, saya mendapati diri saya sedang duduk di atas gunung tinggi
yang tertutup salju ini,  merasa lemah, mudah tersinggung, dan gelisah,
mendengarkan sahabat saya mengatakan hal yang sama.   Saya tahu inilah saat
untuk bertumbuh atau menyerah dan pulang.  Saya menyadari bahwa saat
menghadapi kelemahan di atas pegunungan inilah maksud kedatangan saya.  Inilah
saat untuk mengambil keputusan sekali lagi.  Inilah saat untuk memilih.  Saya
dapat membiarkan keraguan terhadap diri sendiri dan kemalasan saya menang atau
saya dapat melanjutkan dan mengubah persepsi saya terhadap diri sendiri.  Inilah
saat untuk bergerak maju atau bergerak mundur.

Ketika saya kembali mendengarkan Larry yang sedang berbicara tentang
kebebasan, saya menyadari bahwa ia tidak benar-benar berbicara tentang
kebebasan.  Pada saat  itu, saya mulai menyadari  bahwa mengatasi keraguan
terhadap diri sendiri dan kemalasan saya merupakan hal terpenting yang dapat
saya lakukan.  Kalau saya tidak mengatasinya, hidup saya akan bergerak
mundur.

“Oke, ayo kita lakukan,” saya berkata.  “Mari kita menentukan tujuan untuk bebas
secara finansial.”
Itu adalah Tahun Baru 1985.  Pada 1994 Kim dan saya bebas.  Larry melanjutkan
membangun perusahaannya, yang menjadi  salah satu perusahaan dengan
pertumbuhan paling pesat versi majalah Inc. pada 1996.  Larry pensiun pada 1998
pada umur empat puluh enam setelah menjual perusahaannya dan mengambil cuti
satu tahun. 



Bagaimana Anda Melakukannya?

Kapan saja saya menuturkan kisah ini, pertanyaan yang diajukan kepada
saya adalah, “Bagaimana?  Bagaimana anda melakukannya?”
Saya kemudian berkata, “Bukan tentang  bagaimana.  Tetapi tentang  mengapa
Kim dan saya melakukannya.”  Saya melanjutkan dengan berkata, “Tanpa
mengapa, bagaimana nya menjadi mustahil.”
Saya dapat melanjutkan memberi tahu anda  bagaimana Kim, Larry, dan saya
melakukannya, tetapi saya tidak akan melakukan itu.  Bagaimana kami
melakukannya tidak begitu penting.   Bila menyangkut soal bagaimana kami
melakukannya, yang akan saya katakan  adalah bahwa sejak 1985 hingga 1994,
Kim, Larry, dan saya berfokus pada tiga jalur ayah kaya menuju kekayaan luar
biasa, yakni :

Meningkatkan keahlian bisnis
Meningkatkan keahlian manajemen uang
Meningkatkan keahlian investasi

Ada banyak buku yang membahas masing-masing jalur ini, dan kalau saya
menulis hal yang sama, buku ini hanya akan menjadi buku kiat satu lagi.  Tetapi
menurut saya yang lebih penting dari  bagaimana adalah  mengapa kita
melakukannya, dan  mengapa saya melakukannya adalah karena saya ingin
melawan keraguan terhadap diri sendiri, kemalasan saya, dan masa lalu saya.
Mengapa itulah yang memberi kita kekuatan untuk melakukan bagaimana.
Ayah kaya sering berkata, “Banyak orang bertanya kepada saya bagaimana cara
melakukan sesuatu.  Saya biasanya memberi  tahu mereka bagaimana saya

melakukan sesuatu, mereka sering tidak melakukannya.  Saya kemudian
menyadari bahwa bukan cara melakukan tetapi mengapa saya melakukan sesuatu
yang lebih penting.   Mengapa itulah yang memberimu kekuatan untuk
mengerjakan  cara melakukan.”  Dia juga berkata, “Penyebab sebagian besar
orang tidak melakukan apa yang dapat mereka lakukan adalah karena mereka tidak
mempunyai  mengapa yang cukup kuat.  Setelah anda melakukan  mengapa,
mudah untuk menemukan cara melakukan anda sendiri untuk meraih kekayaan. 
Bukannya  melihat ke dalam diri sendiri untuk menemukan  mengapa mereka
ingin menjadi kaya.,  sebagian besar orang  mencari jalan yang mudah untuk
meraih kekayaan, dan persoalan dengan jalan mudah adalah bahwa jalan mudah
biasanya berakhir pada jalan buntu.”

Berdebat dengan Diri Sendiri
Malam itu, sambil duduk di pondok  gunung yang dingin, mendengarkan
Larry, saya merasakan diri saya berdebat dengannya di dalam hati.  Setiap kali dia
berkata, “Marilah kita menentukannya sebagai sebuah tujuan, tuliskanlah, dan
buatlah rencana,” saya dapat mendengar diri sendiri membantah sebagai respons,
dengan mengatakan hal-hal seperti :
“Tapi kami tidak punya uang.”
“Saya tidak bisa melakukannya.”
“Saya akan memikirkannya tahun depan, atau setelah Kim dan saya punya uang.”
“Kamu tidak mengerti situasi kami.”
“Saya perlu waktu lebih banyak.”

Selama bertahun-tahun, ayah kaya saya telah memberi saya banyak pelajaran. 
Salah satu dari pelajaran-pelajaran itu adalah, “ Kalau kamu mendapati dirimu
berdebat dengan ide bagus, sebaiknya kamu berhenti berdebat.”

Malam itu ketika Larry terus berbicara tentang menjadi kaya dan pensiun dini,
saya sekali lagi mendengarkan ayah kaya memperingatkan saya tentang mendebat
ide bagus.  Untuk menjelaskan lebih lanjut, ayah kaya berkata, “Ketika seseorang
mengatakan sesuatu seperti ‘Saya tidak sanggup membelinya” atau ‘Saya tidak
bisa melakukannya’ atas sesuatu yang mereka inginkan. Mereka menghadapi
persoalan besar.  Mengapa di dunia seseorang berkata, “Saya tidak sanggup
membelinya” atau ‘Saya tidak bisa  melakukannya’ atas sesuatu yang mereka
inginkan? Mengapa seseorang membatasi diri sendiri dari hal-hal yang mereka
inginkan?  Tidak masuk akal.”

Sementara api berderak-derak di perapian, saya merasakan  diri saya sedang
berdebat dengan sesuatu yang saya inginkan.  “Mengapa tidak pensiun kaya dan
pensiun dini?”  Saya akhirnya bertanya kepada diri sendiri.  “Apa salahnya dengan
itu?”  Pikiran saya perlahan-lahan mulai terbuka dan saya mengulangi di dalam
hati untuk diri sendiri, “Mengapa saya berdebat dengan ide itu?  Mengapa saya
berdebat melawan diri sendiri?  Itu ide bagus.  Saya sudah membicarakannya
bertahun-tahun.  Saya pernah ingin  pensiun sebelum umur tiga puluh lima dan
sekarang saya segera akan berumur tiga puluh tujuh tahun dan saya bahkan belum
mendekati pensiun.  Kenyataannya, saya hampir tidak punya uang.  Jadi kenapa
saya berdebat?”

Setelah mengatakan hal itu kepada diri  sendiri, saya menyadari mengapa
saya telah berdebat melawan ide bagus.  Pada umur dua puluh  lima, saya pernah
berencana untuk menjadi kaya dan pensiun antara umur tiga puluh hingga tiga
puluh lima tahun.  Itulah impian saya.  Tetapi setelah kehilangan bisnis dompet
Velcro saya yang pertama kali, jiwa saya hancur dan saya telah kehilangan banyak
kepercayaan diri.  Malam itu ketika duduk di dekat perapian, saya menyadari
bahwa tidak adanya kepercayaan diri telah membuat saya melakukan perdebatan. 
Saya berdebat melawan impian yang saya inginkan.  Saya berdebat karena saya
tidak ingin merasa kecewa lagi.  Saya berdebat karena saya melindungi diri sendiri
dari rasa sakit yang disebabkan karena memimpikan  impian besar jika impian
besar itu tidak menjadi kenyataan.  Saya pernah bermimpi dan gagal.  Malam itu  
saya menyadari bahwa saya berdebat melawan kegagalan lagi, bukan melawan
impian itu.
“Oke, mari kita menentukan tujuan besar,” saya berkata dengan tenang kepada
Larry.  Saya akhirnya berhenti berdebat melawan ide bagus.  Argumennya masih
ada tetapi saya tidak membiarkan argumen itu menghentikan saya.  Mengingat, itu
hanya argumen yang saya miliki dengan diri sendiri dan tidak dengan orang lain.
Orang kecil di dalam diri  saya berdebat melawan orang yang ingin tumbuh dan
menjadi lebih besar.
“Bagus,” kata Larry.  “Inilah saatnya kamu berhenti menjadi seorang yang penakut
seperti itu.  Saya betul-betul merasa khawatir terhadap kamu.”
Alasan saya memutuskan melakukannya adalah karena saya telah menemukan
mengapa saya.  Saya tahu mengapa saya akan melakukannya, meskipun saat itu
saya tidak tahu bagaimana saya akan melakukannya.

Mengapa Saya Memutuskan untuk Pensiun Dini
Berapa banyak di antara anda yang kadang-kadang berkata kepada diri sendiri,
“Saya bosan dan kesal terhadap diri sendiri?”  Nah Malam Tahun Baru itu, sambil
duduk di sekitar perapian bersama Kim dan Larry, saya menjadi bosan dan kesal
terhadap diri lama saya dan memutuskan untuk berubah.  Bukan sekadar
perubahan mental; tetapi perubahan yang berasal  dari dalam.  Itulah saat untuk
melakukan perubahan besar dan saya tahu bahwa saya dapat berubah karena saya
sudah menemukan mengapa saya ingin berubah.  Berikut ini adalah beberapa dari
mengapa pribadi saya …  mengapa saya memutuskan untuk berupaya pensiun
muda dan pensiun kaya :

Saya bosan tidak punya uang dan selalu bersusah payah  untuk memperoleh uang.
Saya pernah kaya dalam waktu singkat dengan bisnis dompet saya, tetapi setelah
bisnis itu bangkrut, saya kembali menghadapi kesulitan lagi.  Walaupun ayah kaya
saya telah mengajari saya dengan baik, saya tetap hanya mempunyai pelajarannya.
Saya masih belum menjadi kaya dan itulah saatnya bagi saya untuk menjadi kaya.
Saya kesal menjadi orang rata-rata.  Di sekolah, para guru, berkata, “Robert adalah
anak laki-laki yang cerdas tetapi dia tidak sungguh-sungguh.”  Mereka juga
berkata, “Dia cerdas tetapi tidak pernah sepandai anak-anak yang berbakat.  Dia
hanya di atas rata-rata.”  Malam itu  sambil duduk di atas  gunung, saya merasa
bosan dan kesal menjadi orang rata-rata.  Itulah saatnya bagi saya untuk berhenti
menjadi orang rata-rata.
Ketika saya berumur delapan tahun, saya tiba di rumah dan mendapati ibu saya
sedang menangis di meja dapur.  Dia menangis karena kami terkubur di bawah
segunung tagihan.  Ayah saya berusaha sekuat tenaga untuk memperoleh lebih
banyak uang, tetapi sebagai guru sekolah, dia tidak terlalu berhasil secara
finansial.  Dia hanya berkata, “Jangan khawatir, saya akan mengatasinya.”  Tetapi
dia tidak melakukannya.  Cara ayah saya mengatasinya adalah dengan kembali
bersekolah, bekerja lebih  keras, dan menantikan  kenaikan gaji tahunannya. 
Sementara itu, tagihan-tagihan tetap  menumpuk dan ibu saya merasa semakin
sendirian dengan tidak adanya orang yang dapat dimintai bantuan.  Ayah saya
tidak suka berbicara tentang uang, dan  kalau dia membicarakannya, hanya akan
membuatnya marah.

Saya ingat ketika memutuskan pada umur delapan tahun untuk mencari
jawaban yang dapat menolong ibu saya.  Malam itu ketika duduk di atas
gunung, saya menyadari bahwa saya telah menemukan jawaban yang telah saya
cari sejak umur delapan tahun.  Sekaranglah saatnya untuk mengambil jawaban
itu dan mengubahnya menjadi realitas.

Mengapa yang paling menyakitkan dari semuanya adalah kenyataan bahwa saya
sekarang memiliki seorang perempuan muda yang cantik dalam hidup saya, Kim. 
Saya telah menemukan belahan jiwa saya dan dia mengalami kesulitan finansial
ini karena dia mencintai saya.  Malam itu di atas gunung saya menyadari bahwa
saya sedang melakukan terhadap Kim apa  yang ayah saya lakukan terhadap ibu
saya.  Saya sedang mengulangi pola keluarga saya.   Saat itu, saya menemukan
mengapa saya yang nyata.

Jadi, itulah yang menjadi mengapa saya.  Saya menuliskannya malam itu
dan menyimpannya di tempat rahasia.  Bagi anda yang membaca buku kedua saya,
Rich Dad’s CASHFLOW Quadrant, anda mungkin masih ingat bahwa keadaan
kami memburuk setelah kami meninggalkan gunung itu.  Saya mengawali buku itu
dengan menuturkan kisah tentang Kim dan saya yang tinggal di sebuah mobil
selama kira-kira tiga minggu setelah uang kami habis.  Jadi keadaan tidak menjadi
lebih baik hanya karena kami mengambil keputusan untuk pensiun kaya, tetapi itu
merupakan alasan mengapa yang membuat kami terus melangkah.
Keadaan juga tidak membaik bagi Larry setelah meninggalkan gunung.  Dia juga
mengalami kemunduran finansial yang  besar pada akhir  1980-an, tetapi
mengapanya membuatnya terus melangkah.

Saran : Sudah lama saya mengetahui bahwa hasrat adalah paduan antara cinta
(suka) dan benci.  Kalau  seseorang tidak memiliki hasrat untuk memperoleh
Saya merasakan seperti yang dirasakan ayah kaya saya bahwa saya
tidak dapat memberi tahu siapa pun bagaimana menjadi kaya.
Pertama-tama saya ingin bertanya mengapa mereka ingin menjadi
kaya.  Tanpa mengapa yang cukup kuat, bagaimana menjadi kaya yang
termudah sekalipun akan terlalu sukar.  Ada banyak, banyak, cara
menjadi kaya … tetapi hanya ada sedikit alasan pribadi mengapa anda
ingin menjadi kaya.  Temukanlah mengapa anda, maka anda akan
menemukan bagaimana anda.  Seperti bunyi pepatah lama, “Di mana
ada kemauan di situ ada jalan.”  Bagi saya, dapat saya katakan bahwa
penemuan kemauan saya telah memungkinkan penemuan jalan daya.
Tanpa kemauan, maka jalan akan merupakan jalan yang sangat sukar.
sesuatu, akan sulit menyelesaikan apa pun.   Ayah kaya biasa berkata, “Jika kamu
menginginkan sesuatu, milikilah hasrat yang kuat.  Hasrat memberi energi pada
hidupmu.  Jika kamu menginginkan sesuatu yang tidak kamu miliki, temukanlah
mengapa kamu menyukai sesuatu yang kamu inginkan dan mengapa kamu benci
tidak memiliki sesuatu yang kamu inginkan.  Ketika kamu menggabungkan  kedua
pemikiran itu, kamu akan menemukan energi untuk beranjak dari tempat dudukmu
dan pergi mendapatkan apa pun yang kamu inginkan.”

Jadi anda mungkin ingin memulai dengan sebuah daftar  yang membandingkan
suka dan benci.  Sebagai contoh, saya akan membuat daftar berikut :

Suka
Kaya
Bebas
Membeli apa saja yang saya
inginkan
Barang-barang mahal

Ada orang lain yang mengerjakan
apa yang tidak ingin saya lakukan


Benci
Miskin
Harus bekerja
Tidak mempunyai apa yang saya
inginkan
Barang-barang murah
Mengerjakan hal-hal yang tidak ingin
saya lakukan

Saran saya adalah, anda mungkin ingin mulai membuat daftar apa yang
anda sukai dan benci pada tempat kosong di bawah.  Bila anda membutuhkan lebih
banyak tempat, yang saya harap demikian, gunakanlah lembaran kertas yang lebih
besar.  Semoga anda memiliki kehidupan dengan hasrat yang semakin besar.

Hal-hal yang Anda Sukai  
_______________________
_______________________
_______________________
_______________________
_______________________
_______________________
_______________________
_______________________
_______________________
_______________________
_______________________


Hal-hal yang Anda Benci
_______________________
_______________________
_______________________
_______________________
_______________________
_______________________
_______________________
_______________________
_______________________
_______________________
_______________________

Jadi duduklah dengan  tenang kemudian temukanlah apa yang anda sukai
dan benci.  Kemudian tuliskanlah alasan-alasan anda.  Tuliskanlah impian, tujuan,
dan rencana anda untuk mencapai kebebasan finansial, pensiun dini, dan pensiun
semuda mungkin.  Setelah berbentuk tulisan, anda mungkin ingin
menunjukkannya kepada seorang teman yang akan mendukung anda untuk
mencapai impian anda.  Lihatkah kertas dengan impian, tujuan, dan rencana anda
ini secara teratur, sering-seringlah  membicarakannya, mintalah dukungan,
bersedialah untuk terus-menerus belajar, maka sebelum anda mengetahuinya,
sesuatu akan mulai terjadi.

Sebagai komentar terakhir, saya telah  mendengar banyak orang berkata,
“Uang tidak membuat anda bahagia.”  Pernyataan itu ada benarnya.  Tetapi uang
membelikan saya waktu untuk melakukan apa yang saya  suka dan membayar
orang lain untuk mengerjakan apa yang saya benci melakukannya.


Bab II
Mengapa Pensiun Semuda Mungkin


Setelah hampir sepuluh tahun bekerja keras dan berjuang saya bebas secara
finansial pada umur empat puluh tujuh.  Tahun itu, 1994, seorang teman
menelepon dan berkata, “Pastikan kamu mengambil cuti paling sedikit satu tahun
setelah bisnis terjual.”
“Cuti satu tahun?” saya menjawab.  “Saya akan pensiun dan cuti sepanjang sisa
hidup saya.”

“Tidak kamu tidak akan melakukannya,” kata teman saya Nyhl.  Nyhl merupakan
anggota tim yang mendirikan dan membangun  beberapa bisnis  besar, dua di
antaranya adalah MTV dan CMT, Country Music Television, pada awal 1980-an.
Setelah membangun dan menjual beberapa bisnis, dia pensiun pada umur empat
puluh satu.  Kami telah bersahabat dan sekarang dia menceritakan pengalaman
pensiunnya kepada saya.  “Dalam waktu kurang dari tiga bulan kamu akan bosan
dan kamu akan mendirikan perusahaan lagi,” dia berkata.  “Sesuatu yang paling
sulit untuk kamu lakukan adalah tidak melakukan apa-apa.   Karena itu saya
menyarankan agar kamu menentukan tujuan untuk menunggu paling sedikit satu
tahun sebelum berpikir mendirikan bisnis lagi.”

Saya tertawa dan berusaha menyakinkannnya lagi bahwa saya akan pensiun
selamanya.  “Saya tidak punya rencana mendirikan perusahaan lagi,” saya berkata.
“Saya pensiun.  Saya tidak akan kembali bekerja.  Kalau kamu ketemu saya lagi,
kamu tidak akan mengenali saya.  Saya tidak akan pakai jas atau berambut pendek.
Saya akan kelihatan seperti gelandangan pantai.”

Nyhl mendengar kata-kata  saya, tetapi dia berkukuh.  Dia ingin saya
mendengarkan dan mengerti apa yang dikatakannya.  Sesuatu yang penting
baginya bahwa saya mengerti pesannya.  Setelah bercakap-cakap lama sekali dia
mulai sepakat dengan saya.   Akhirnya saya mendengarkannya ketika dia berkata,

“Sangat sedikit orang yang punya kesempatan yang kamu miliki.  Tidak banyak
orang yang secara finansial  bisa berhenti bekerja dan  tidak melakukan apa-apa.
Tidak banyak orang yang benar-benar bisa pensiun pada usia pertengahan … masa
terbaik untuk mencari uang.  Sebagian besar orang tidak sanggup berhenti bekerja,
meskipun mereka ingin … meskipun mereka benci pekerjaan mereka … mereka
tidak bisa berhenti bekerja.  Jadi jangan menyia-nyiakan hadiah ini.  Hadiah yang
diberikan kepada sedikit orang … jadi ambillah.  Ambillah satu tahun untuk tidak
melakukan apa-apa.”

Nyhl terus menjelaskan bahwa sebagian besar wiraswasta (entrepreneur)
menjual bisnis mereka dan lansung mendirikan bisnis lagi.  Dia berkata, “Saya
biasa membangun bisnis, menjualnya, dan segera mulai membangun yang lain.
Saya telah membangun dan menjual tiga bisnis sebelum saya berumur tiga puluh
lima.  Saya punya banyak uang tetapi saya tidak bisa berhenti bekerja.  Saya tidak
tahu apa artinya berhenti.  Kalau saya tidak bekerja, saya merasa tidak berguna
dan saya merasa sedang membuang-buang waktu, jadi  saya akan bekerja lebih
keras.  Kerja keras saya merampas saya dari kehidupan dan waktu bersama
keluarga.  Akhirnya saya menyadari apa yang saya lakukan dan memutuskan
untuk melakukan sesuatu yang berbeda.  Setelah menjual bisnis saya yang terakhir
dan memasukkan uang jutaan dollar ke bank, saya memutuskan akan mengambil
cuti satu tahun.  Menggunakan  satu tahun itu untuk keluarga dan diri sendiri
merupakan salah satu keputusan terbaik yang pernah saya ambil.  Saat itu saya
sendirian, tidak ada yang dikerjakan,  merupakan sesuatu yang tidak ternilai
harganya.  Apakah kamu sadar bahwa  sejak kita berumur lima tahun, kita
bersekolah untuk belajar dan setelah lulus kita bekerja?  Sangat sedikit orang yang
mempunyai kemewahan paling sedikit satu tahun untuk duduk-duduk dan hanya
memikirkan dan bersama diri sendiri.”

Dia bercerita bahwa segera setelah urusannya di rumah beres, dia dan
keluarganya pindah ke pulau terpencil  di Fiji dan duduk-duduk  di pantai.  Dia
berkata, “Selama berbulan-bulan saya hanya duduk-duduk di pantai, memandangi
samudra biru yang jernih, dan memperhatikan anak-anak saya menikmati hidup
yang kita semua impikan.”   Setelah mereka merasa  tidak betah di Fiji, dia
memindahkan keluarganya ke Italia dan duduk-duduk di sana selama berbulan-
bulan tanpa melakukan apa-apa.  “Satu tahun penuh sebelum saya menjadi
manusia waras lagi,” dia berkata.  “Saya tidak menyangka betapa sulitnya berhenti
bangun tidur dan berpikir ada yang harus saya kerjakan, rapat yang harus dihadiri,
pesawat terbang yang harus dikejar, menghasilkan  cukup uang untuk membayar
tagihan.  Perlu waktu satu tahun bagi saya untuk memperlambat dan membiarkan
adrenalin meninggalkan tubuh saya.   Perlu waktu tahun bersantai untuk cukup
lambat sehingga saya dapat berpikir  lurus dan menjadi utuh kembali.  Saya
sekarang empat puluh satu tahun.  Selama tiga puluh enam tahun saya telah sibuk
untuk mencapai suatu tempat, dan sekarang saya berada di situ.”

Hal Tersulit yang Harus Saya Lakukan

Nyhl benar.  Hal tersulit ketika pensiun adalah tidak ada yang dikerjakan.
Setelah bertahun-tahun terbiasa dengan sekolah, ruang kelas, ujian, rapat, pesawat
terbang, dan tenggat, saya benar-benar terkondisi untuk bangun dan cepat-cepat
mengerjakan sesuatu.  Persis sebelum pensiun, saya ingat bahwa saya membenci
tekanan dan kekhawatiran terhadap pekerjaan.  Saya teringat ketika sedang
berpikir, “Hanya enam bulan  lagi dan saya akan bebas.  Saya bisa pensiun dan
tidak melakukan apa-apa.  Saya tidak dapat menunggu hingga bisnis terjual dan
saya dapat menghentikan kegilaan ini.”

Pada September 1994, penjualan dan transfer aset dari bisnis itu selesai.
Saya memasukkan sejumlah uang ke bank, berinvestasi pada beberapa apartemen
dan gudang, dan secara resmi pensiun.  Saya berumur empat puluh tujuh tahun dan
istri saya, Kim, tiga puluh tujuh.  Kami bebas secara finansial dengan sisa hidup
yang akan kami jalani dan nikmati.  Dan seperti yang diperingatkan Nyhl, selama

berminggu-minggu setelah menjual bisnis, saya tidak dapat beristirahat.  Saya
terus bangun pagi, hanya untuk menyadari bahwa saya tidak mempunyai rencana
hari itu.  Tidak ada yang perlu ditelepon dan tidak ada yang menelepon saya.  Saya
sendirian di rumah dan tidak pergi ke mana-mana.  Saya segera merasa bosan dan
mudah marah.  Saya mersa hidup saya sia-sia dan tidak produktif.  Saya ingin
sekali mengerjakan sesuatu tetapi   tidak ada yang dikerjakan.  Nyhl benar, sebab
bagi saya, tidak ada yang dikerjakan merupakan hal tersulit  yang harus saya
kerjakan.
Kami mempunyai bisnis investasi dan mengelola portofolio real estatnya.  Dia
menikmatinya dan sibuk mengerjakannya dengan kecepatannya sendiri.  Dia akan
menemukan saya di dapur mondar-mandir berusaha mengerjakan sesuatu.  “Kamu
sedang mencari sesuatu yang dapat dikerjakan, ya?” dia biasa bertanya.
“Tidak,” saya menjawab.  “Saya cuma mencari cara untuk tidak melakukan apa-
apa.”
“Tolong kasih tahu saya kalau kamu tidak punya kegiatan sehingga kita bisa
mengerjakannya bersama-sama,” Kim berkata dengan senyum lebar.  “Mengapa
kamu tidak menelepon teman-temanmu untuk berkumpul dan mengerjakan
sesuatu?”
“Sudah,” saya menjawab.   “Tetapi mereka semua sibuk  bekerja.  Mereka tidak
punya waktu luang.”

Setelah beberapa bulan berusaha tidak mengerjakan apa-apa, Kim dan saya
memutuskan untuk berlibur ke Fiji, tempat yang dikunjungi Nyhl dalam bagian
cuti setahunnya.  Saya bersemangat karena akan pergi ke suatu tempat, meskipun
hanya untuk tidak melakukan apa-apa.

Dalam waktu tiga minggu setelah memutuskan untuk pergi ke Fiji, kami
tiba dengan pesawat terbang yang dapat mendarat di air dan disambut oleh orang-
orang Fiji yang murah senyum dengan kalung buang dan minuman tropis.  Ketika
Kim dan saya sedang berjalan diatas dermaga panjang yang menjorok ke air biru
yang jernih, saya merasa  bahwa saya telah tiba di  Pulau Fantasi dan sedang
menunggu orang cebol berkata, “Bos, turun dari pesawat, turun dari pesawat.”
Pulau ini lebih ini indah dari yang diceritakan Nyhl.  Saya tidak percaya
akan keindahannya.  Karena dibesarkan di Hawaii, saya terpaksa berkata kepada
diri sendiri, “Inilah Hawaii yang dulu  dan inilah Hawaii yang seharusnya.” 
Namun sehebat-hebatnya pulau  terpencil ini, kehidupan terlalu lambat bagi saya. 
Saya tidak percaya bahwa surga itu membuat saya gila.  Saya bangun, menikmati
makan pagi yang sehat berupa buah, jogging sebentar, kemudian menghabiskan
siang hari di pantai.  Setelah satu jam saya merasa bosan.   Seindah-indahnya
pantai di pulau ini namun saya siap untuk kembali ke Amerika dan memulai bisnis
baru.  Saya tidak tahu mengapa saya berjanji kepada Nyhl  bahwa saya akan
mengambil cuti paling sedikit satu tahun.  Dua minggu adalah waktu yang dapat
saya habiskan di surga itu.  Kim dapat  tinggal selamanya tetapi saya siap untuk
pulang ke Arizona.  Mengapa saya harus  pulang ke rumah,  saya tidak tahu …
tetapi kami meninggalkan surga dan berangkat pulang.

Duduk-duduk di rumah tidak jauh lebih baik daripada duduk-duduk di
pantai, tetapi paling tidak ada mobil saya dan tempat-tempat yang saya kenal
untuk mengalihkan perhatian saya.  Suatu hari seorang tetangga baru mampir
untuk memperkenalkan diri.  Dia juga pensiun tetapi umurnya sekitar dua puluh
tahun lebih tua dari saya.  Dia berumur enam puluh delapan tahun dan sebelumnya
adalah seorang manajer tingkat atas dari sebuah perusahaan Fortune 500.  Setiap
hari dia mampir dan berbicara tentang  berita, cuaca, dan olahraga.  Orangnya
menyenangkan tetapi duduk-duduk tanpa melakukan bersamanya lebih buruk
dibanding rapat terburuk yang pernah  saya ikuti.  Yang ingin dilakukannya
hanyalah bekerja di halaman belakangnya dan bermain golf.  Baginya, masa
pensiun benar-benar seperti surga.  Dia tidak merasa kehilangan dunia korporat
sama sekali dan menyukai waktu senggangnya dengan tidak melakukan apa-apa. 
Saya sadar bahwa saya akan menjadi seperti dia kalau saya bergaul lebih lama lagi
dengannya.  Ketika dia meminta saya  untuk bergabung dengan kelompok kartu

prianya di perkumpulan luar kota (country club), saya sadar bahwa saya harus
mencari sesuatu yang lain untuk dikerjakan guna mengisi waktu. 
Akhirnya, saya tidak tahan lagi.  Suatu hari saya berkata kepada Kim,
“Saya akan pindah ke Bisbee.  Saya harus pergi ke suatu tempat di mana saya bisa
sibuk mengisi waktu.”  Beberapa hari kemudian, saya pindah ke sebuah
peternakan kecil milik Kim dan saya.   Tempat itu indah tetapi terpencil,
tersembunyi di sebuah lembah, tertutup pohon-pohon ek (oak) tinggi, dengan
sungai kecil dan kadang-kadang ada singa gunung, terletak tinggi di pegunungan
Mexico, New Mexico, di perbatasan Arizona. Akhirnya saya menemukan tempat
untuk menghabiskan cuti satu tahun saya … sebuah tempat di mana saya punya
kesibukan untuk mengisi waktu.  Setelah beberapa hari  hanya duduk-duduk di
pegunungan, di pondok saya tanpa televisi atau pesawat radio, saya mulai tenang
dan menyesuaikan diri dengan cuti satu tahun saya.  Nafas saya melambat,
demikian juga irama hdup saya.  Ketentraman dan ketenangan menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari, bukan  tekanan rapat dan tenggat.  Cuti satu tahun saya
akhirnya dimulai, dan seperti kata Nyhl, “Sebuah hadiah yang diberikan kepada
sedikit orang … jadi ambillah.”  Saya perlu waktu enam bulan untuk menjadi
cukup lambat untuk memulai cuti satu tahun saya.

Memulai Hidup Sekali Lagi

Dengan duduk sendirian di pondok gunung saya, saya mempunyai waktu
untuk sungguh-sungguh memikirkan kehidupan saya.  Saya memikirkan semua
kebodohan dan perbuatan-perbuatan yang hanya menuruti  kata hati pada masa
muda saya.  Saya memikirkan pilihan-pilihan yang saya ambil dan bagaimana
masing-masing pilihan, walaupun bukan  pilihan yang brilian, penting dalam
pembentukan menjadi siapa diri saya pada akhirnya.  Saya punya waktu untuk
duduk dan mengingat-ingat masa sekolah menengah saya serta teman-teman
bersama siapa saya tumbuh menjadi dewasa … teman-teman yang jarang saya

lihat saat ini.  Saya mengenang teman-teman dari universitas dan bertanya-tanya
bagaimana keadaan mereka.  Waktu sendirian ini memberi saya kesempatan untuk
berpikir sungguh-sungguh tentang betapa banyak teman masa muda saya memberi
impak pada diri saya sekarang.

Ada saat-saat tertentu ketika duduk di pondok saya, saya ingin kembali
dan bersama-sama dengan teman-teman masa kecil saya lagi.  Saya ingin sekadar
tertawa dan menjadi muda lagi … tetapi sekarang yang saya miliki hanyalah
kenangan indah.  Saya berharap bisa memotret lebih banyak, menulis surat lebih
banyak, dan berkomunikasi lebih banyak … tetapi kami semua telah sibuk dengan
kehidupan dan telah menentukan jalan hidup masing-masing.  Duduk-duduk di
pegunungan, di depan perapian yang berkobar-kobar, sambil memutar kembali
kenangan masa muda  saya lebih baik daripada pergi ke gedung bioskop.  Cuti
memberi saya waktu dan tempat menyendiri untuk memutar kembali dengan
sangat mendetail kenangan-kenangan masa lalu saya.  Sungguh menarik bahwa
saat-saat yang jelek pun tidak  begitu jelek.  Saya bisa menghargai hidup saya,
orang-orang dalam hidup saya, hal-hal yang baik dan buruk, dan walaupun hidup
saya kadang-kadang sangat kacau, saya sangat menghargai hidup saya yang unik.
Pada saat-saat yang hening itu, saya sadar bahwa kita semua berpotensi
untuk menjadi bagus atau jelek.  Saya bukan anak yang jenius, berbakat musik,
bintang atletik, atau  menonjol di antara banyak orang, atau diundang ke banyak
pesta.  Ketika mengilas balik hidup saya, saya menyadari bahwa hidup saya rata-
rata … tetapi duduk di pegunungan membuat hidup rata-rata sangat istimewa bagi
saya.

Saya punya waktu untuk memikirkan  keluarga saya, teman-teman lama,
para pria yang berolahraga bersama saya, teman-teman perempuan lama, dan para
partner bisnis lama.  Saya memikirkan tentang pilihan-pilihan yang telah saya buat
dan ingin tahu apa yang akan terjadi kalau saya membuat pilihan yang berbeda …
pilihan seperti, apa yang akan terjadi  jika saya menikahi pacar saya dari
universitas, hidup tenang, dan punya anak, seperti yang diinginkannya?  Apa yang

akan terjadi dengan hidup saya kalau saya tidak memutuskan untuk menjadi pilot
dan terbang ke Vietnam?   Apa yang akan terjadi kalau saya menghindari perang
seperti yang dilakukan sebagian besar teman-teman saya?  Apa yang akan terjadi
kalau saya mengambil gelar master bukan mendirikan  bisnis dompet nilon dan
Velcro?  Apa yang akan terjadi kalau saya tidak kehilangan  dua bisnis sebelum
akhirnya mempunyai bisnis yang berhasil?  Apa yang akan terjadi kalau saya tidak
bertemu dengan Kim dan menikah?  Bagaimana kalau Kim tidak bertahan bersama
saya ketika mengalami masa yang sangat sulit?  Dan  yang terpenting, apa yang
sudah saya pelajari dan saya menjadi siapa karena  keberhasilan dan kegagalan
yang saya alami?

Benar bahwa anda tidak dapat mengubah masa lalu anda … tetapi anda
dapat mengubah pandangan terhadap masa lalu anda.  Sebelum saya berada di
pegunungan itu, masa lalu saya hanya samar-samar.   Cuma merupakan sederet
orang dan peristiwa yang berlalu dengan cepat ketika saya melewati setiap hari
dalam hidup saya dengan cepat.  Kesunyian di pegunungan itu memberi saya
kesempatan untuk menghentikan hidup saya dan melihatnya.  Banyak juga hal-hal
yang saya lakukan di masa  lampau yang saya tidak  bangga dan tidak akan
melakukannya lagi.  Banyak  kesalahan yang saya harap tidak  saya lakukan dan
kebohongan yang saya harap tidak saya ucapkan.   Banyak juga teman-teman
terkasih dan orang-orang tercinta yang merasa sakit  hati di sepanjang jalan. 
Banyak orang yang sangat saya cintai tetapi saya tidak berbicara lagi dengan
mereka karena kami tidak sependapat atas suatu hal yang sepele.  Dalam cuti satu
tahun ini, saya merasakan betapa pentingnya peristiwa-peristiwa itu dalam hidup
saya.  Ketika duduk sendirian dalam keheningan pegunungan itu, saya terhubung
kembali dengan teman-teman lama saya, keluarga, dan diri sendiri dan berterima
kasih kepada mereka semua karena sudah menjadi bagian dari hidup saya. 
Dengan duduk sendirian di pegunungan, saya mempunyai waktu untuk
mengucapkan “terima kasih”  kepada masa lalu saya  dan mempersiapkan masa
depan.

Kini bila saya berbicara kepada berbagai kelompok orang tentang cuti
satu tahun itu, saya mengatakan, “Hal terbaik dari pensiun dini dan cuti satu tahun
pada usia pertengahan adalah bahwa hal itu memberi saya kesempatan untuk
memulai hidup sekali lagi.”
 
Delapan belas bulan setelah menjual bisnis saya dan pensiun
saya akhirnya  mengendarai mobil keluar dari pegunungan di Arizona
selatan.  Ketika saya berkendara keluar dari pegunungan, saya betul-
betul tidak tahu apa yang akan saya kerjakan selanjutnya. … saya
hanya tahu bahwa saya ingin melakukan sesuatu secara berbeda.  D
komputer Apple Macintosh saya ada draf  kasar Rich Dad Poor Dad
dan di tas kantor saya ada sketsa kasar permainan CASHFLOW® 101
Paruh kedua dari hidup saya telah mulai.  Kali ini adalah hidup saya
Saya sekarang sudah lebih tua, lebih bijaksana, lebih pandai, lebih
tidak ceroboh, dan sedikit lebih dapat dipercaya.
Ketika saya meninggalkan pegunungan itu, paruh kedua dar
hidup saya telah mulai.  Bukan lagi hidup yang didikte oleh keinginan
dan impian orang tua, guru-guru, atau teman-teman saya, atau
impian seorang anak.  Paruh kedua hidup saya telah mulai dan kali in
akan menjadi hidup saya berdasarkan persyaratan saya.
Dan itulah alasan utama saya menyarankan untuk pensiun
semuda mungkin.  Itu akan memberi anda kesempatan untuk
memulai hidup anda lagi. 

Saran  : Tanpa menghiraukan apakah anda  bisa pensiun dini atau tidak,
saya menyarankan agar anda menyediakan paling sedikit satu jam setiap bulan
untuk sungguh-sungguh memikirkan hidup anda.  Dengan menyediakan waktu
untuk sungguh-sungguh memikirkan hidup saya, saya menemukan :

1.  Apa yang saya anggap penting ternyata tidak begitu penting.
2.  Yang penting adalah di mana  saya berada, bukan ke mana  saya
akan pergi.
3.  Tidak ada orang yang lebih penting  daripada orang di depan anda
saat itu.  Pergunakanlah saat itu bersamanya.
4.  Waktu sungguh berharga, jangan menyia-nyiakannya … hargailah.
5.  Kadang-kadang berhenti sejenak lebih sulit dari pada tetap sibuk.

Bagi saya, hal terbaik dengan pensiun dini adalah belajar menghargai
hidup, meskipun sangat sibuk, membuat stress, dan penuh masalah.  Ketika
sedang tidak ada kegiatan, saya merasa bahwa saya tidak tahu apa yang harus
dilakukan kalau saya tidak punya kegiatan.   Sekarang,  saya benar-benar
menghargai kegiatan dan kesibukan hidup karena saya tahu seperti apa rasanya
duduk bermalas-malasan tanpa melakukan apa-apa.  Jadi apa pun keadaan
hidup anda saat ini, sediakanlah waktu sejenak untuk menghargainya … karena
besok hanya akan menjadi kenangan.

Catatan dari Mary Painter, Direktur Operasi di CASHFLOW®
Technologies, Inc

Sepanjang masa kerja saya, saya bekerja di Divisi Tunjangan Cacat dan
Kematian pada Sistem Pensiun Negara Bagian Pennsylvania.  Saya masih
ingat dengan sangat jelas, pada usia muda sembilan belas atau dua puluh,
memproses tunjangan kematian untuk ahli waris para pensiunan.  Ketika
saya duduk di sana setiap hari memeriksa akta kematian, saya sangat
terkejut betapa banyaknya orang-orang yang meninggal hanya beberapa
bulan setelah mereka pensiun karena  sakit,dan juga karena bunuh diri.
Ketika saya bertanya kepada beberapa orang yang bekerja bersama saya,
menurut mereka mengapa orang meninggal begitu cepat setelah pensiun

atau mengapa seseorang melakukan bunuh diri setelah bekerja seumur
hidup dan akhirnya berada dalam keadaan berkecukupan, saya diberi tahu
bahwa bagi sebagian orang, bekerja  adalah seluruh hidupnya.  Mereka
tidak punya apa-apa lagi dalam hidup mereka.  Alasan kedua yang
diberikan adalah bahwa banyak orang yang bekerja seumur hidup,
bergantung pada uang pensiun saat mereka pensiun, dan mengetahui
bahwa uang pensiun hampir tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
mereka setiap bulan.  Mereka berada pada suatu titik dalam hidup mereka
di mana mereka memiliki seluruh waktu di dunia untuk melakukan apa pun
yang mereka inginkan, tetapi tidak mempunyai uang untuk melakukannya.
Dalam kepolosan saya, menurut saya itu tidak akan terjadi terhadap
saya.  Lalu saya mulai menempatkan diri pada jalur yang persis sama
dengan yang telah dilalui banyak orang ini.  Sembilan belas tahun
kemudian, setelah memperoleh banyak promosi dan meniti jenjang karier,
saya akhirnya menyadari bahwa ini tidak boleh terjadi dalam keluarga saya
dan saya.  Suami saya dan saya sama-sama sepakat bahwa kami harus
melakukan perubahan drastis dalam hidup kami.  Kami pindah ke Arizona
di mana kami menyediakan waktu beberapa bulan untuk berkonsentrasi
dan diwawancarai untuk beberapa pekerjaan.  Salah satu dari wawancara
itu kebetulan adalah untuk posisi di CASHLOW Technologies.  Saya  diberi
buku  Rich Dad Poor Dad.  Saya pulang dan membaca dengan
bersemangat buku itu dalam satu hari.  Sementara saya sendiri merasa
sangat beruntung memperoleh pekerjaan di CASHFLOW Technologies, dan
yang lebih penting, saya mengerti apa yang harus saya lakukan sehingga
hidup saya tidak berakhir seperti salah satu dari orang-orang kurang
beruntung yang saya ingat dari beberapa tahun yang lalu.

Bab III
Cara Saya Pensiun Dini 


Pada musim semi 1999, saya dijadwalkan untuk memberikan ceramah
kepada satu kelompok yang terdiri dari sekitar 250 bankir di Los Angeles.  Karena
saya merupakan pembicara pertama pagi itu, saya terbang malam sebelumnya dari
Pheonix, tempat tinggal saya.  Setelah makan pagi, saya duduk di kamar hotel dan
menggaruk-garuk kepala memikirkan apa yang bisa saya katakan kepada
kelompok bankir ini.  Ceramah standar  saya tentang laporan keuangan, melek
finansial, dan perbedaan antara aset dan liabilitas kelihatannya tidak akan cukup
untuk kelompok ini.  Karena mereka itu lebih dari bankir biasa, mereka adalah
bankir hipotek, saya berasumsi mereka akan  tahu dasar-dasar keuangan yang
paling sering saya bicarakan, atau paling tidak saya harap mereka tahu.
Ceramah saya dijadwalkan jam 9.30 pagi, sekarang jam 8.00 pagi, dan
saya sedang kehilangan sudut pandang atau ide baru yang cocok untuk kelompok
itu.  Sambil duduk menghadap meja di kamar hotel, saya melihat sepintas Koran
pagi gratis yang diberikan hotel.  Di  halaman depan ada foto pasangan bahagia
sedang duduk di kereta golf mereka.  Berita utama yang tercetak tebal di atas
gambar itu berbunyi, ”Kami Memutuskan untuk Pensiun Dini.”

Artikel itu berlanjut untuk menjelaskan bahwa rencana pensiun 401 (k)
pasangan ini telah berjalan bagus sekali selama sepuluh tahun yang lalu dengan
harga saham yang meningkat  pesat ini sehingga mereka memutuskan untuk
pensiun enam tahun lebih cepat dari yang direncanakan.  Sang suami berumur lima
puluh sembilan dan sang istri lima puluh enam.  Artikel itu mengutip kata-kata
mereka, “Reksa dana kami memberikan penghasilan sangat bagus sehingga kami
menyadari bahwa suatu hari kami akan menjadi jutawan.  Bukannya bekerja enam
tahun lagi, kami mempersingkatnya, menjual rumah kami, membeli rumah yang
lebih kecil di kompleks pensiunan ini, menaruh kelebihan  uang dari penjualan

rumah kami dalam sertifikat deposito  berbunga tinggi, mengurangi pengeluaran
kami, dan sekarang kami bermain golf setiap hari.”
Saya telah menemukan topik ceramah saya.  Selesai membaca artikel itu,
saya mandi, berpakaian, dan menuju  ke para bankir hipotek yang sudah
menunggu.  Tepat pukul 9.30, saya diperkenalkan dan dipersilakan naik ke atas
panggung.  Sambil mengangkat Koran tinggi-tinggi, saya membuka ceramah saya
dengan menunjuk ke gambar  pasangan yang baru pensiun itu dan mengulangi
berita utamanya, “Kami memutuskan untuk pensiun dini”.  Saya kemudian
menyebutkan umur pasangan itu, lima puluh sembilan dan lima puluh enam,serta
membaca beberapa komentar dari artikel itu.  Sambil meletakkan koran, saya
berkata, “Istri saya, Kim dan saya juga  pensiun dini.  Kami pensiun pada 1994.
Waktu itu saya berumur empat puluh tujuh dan dia tiga puluh tujuh.”  Saya
memandang ke sekeliling ruangan dan membiarkan perbedaan umur dan tahun itu
dimengerti sepenuhnya.  Setelah hening sekitar sepuluh  detik, saya melanjutkan
dengan bertanya, “Saya ingin menanyakan hal ini kepada anda … bagaimana saya
bisa pensiun dua belas tahun lebih cepat darinya … dan istri saya sembilan belas
tahun lebih cepat?  Apa yang membuat perbedaan?”

Kesunyian yang terjadi membuat telinga  serasa tuli.  Saya memulai
dengan sesuatu yang jelek.   Saya tahu hari masih pagi dan saya tahu bahwa saya
sedang meminta hadirin untuk berpikir  bukan hanya mendengarkan.  Saya tahu
bahwa saya mungkin terdengar arogan  dan sombong, membandingkan pensiun
dini saya dengan pensiun di Koran itu.  Namun saya ingin memberi kesan kepada
kelompok ini dan sudah terlambat untuk kembali lagi.  Saya merasa seperti
seorang pelawak tungal yang baru saja menyampaikan lawakan terbaiknya, dan
penonton tidak tertawa.  Saya melanjutkan dengan bertanya,  “Berapa banyak di
antara anda merencanakan untuk pensiun dini?”

Kembali tidak ada respons.  Tidak ada yang mengacungkan tangan.
Ketidaknyamanan di dalam ruangan merebak.  Saya hampir mati di atas panggung.
Saya tahu saya harus melakukan sesuatu dengan cepat.  Ketika memandang

kelompok itu, saya dapat melihat bahwa sebagian besar kelompok itu lebih muda
dari saya.  Beberapa prang yang seumur saya tidak terkesan dengan pembicaraan
saya tentanga pensiun muda.  Dengan cepat saya katakan, “Berapa banyak di
antara anda yang berumur di bawah empat puluh lima?”
Tiba-tiba ada kehidupan.  Ada respons.  Perlahan-lahan tangan-tangan mulai
teracung di seluruh ruangan.  Saya perkirakan sekitar 60 persen dari kelompok itu
mengacungkan tangan, menunjukkan bahwa mereka lebih muda dari empat puluh
lima.  Kelompok itu merupakan kumpulan  anak muda … relatif terhadap saya
paling tidak.  Untuk mengubah taktik,  saya kemudian bermain-main dengan
kelompok ini dengan menanyakan, “Berapa banyak di  antara anda yang ingin
pensiun umur empat puluhan dan bebas secara finansial sepanjang sisa hidup
anda?”

Sekarang tangan-tangan teracung ke atas dengan  antusiasme yang lebih
besar.  Saya mulai berkomunikasi sedikit lebih baik dan hadirin tampak menjadi
hidup.  Para peserta yang seumur saya dan lebih tua mulai gelisah sambil
memperhatikan rekan-rekan mereka yang lebih muda, banyak di antara mereka
mengacungkan tangan, menandakan mereka tidak ingin menjadi tua di industri itu.
Memahami kegelisahan orang-orang seumur saya dan lebih tua, saya sadar bahwa
saya perlu mengatakan sesuatu dengan cepat agar  tidak mengasingkan kelompok
ini.

Dengan tersenyum, saya berhenti sejenak ketika tangan-tangan diturunkan.
Sambil memandang kepada orang-orang yang berada  dalam kelompok seumur
saya dan lebih tua saya berkata, “Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada
para bankir hipotek di dunia ini karena anda memungkinkan saya untuk pensiun
dini.  Bukan pialang real estat saya atau pialang saham saya.  Bukan perencana
keuangan saya, dan bukan akuntan saya.  Tetapi anda, para bankir hipotek dunia,
yang memungkinkan saya  untuk pensiun sekitar dua puluh tahun lebih capat
dibanding ayah saya.”

Ketika memandang hadirin, saya dapat mengatakan bahwa sebagian kegelisahan
hilang, dan saya sekarang dapat melanjutkan ceramah saya.  Ucapan terima kasih
saya kepada industri mereka kelihatannya menolong.  Saya perkirakan bahwa saya
sekarang mendapat sekitar 80 persen perhatian hadirin.  Untuk melanjutkan, saya
mengulangi pertanyaan yang saya ajukan sebelumnya, yakni, “Jadi bagaimana
saya bisa pensiun lebih cepat dari pasangan di koran itu dan bagaimana anda para
bankir hipotek menolong saya pensiun dini?”
Hening lagi.  Saya mulai sadar bahwa mereka  tidak tahu cara mereka menolong
saya.  Meskipun ruangan sunyi senyap,  paling tidak mereka  tampak lebih sadar
dibanding beberapa menit sebelumnya.   Setelah memutuskan untuk berhenti
mengajukan pertanyaan yang mereka ragu-ragu menjawabnya, saya melanjutkan.
Saya berbalik menghadap papan kertas  (flip chart) di panggung dan menulis
dengan huruf-huruf tebal dan besar,  

Sambil berbalik ke hadirin, saya menunjuk kata  utang dan berkata, “Saya
pensiun dini karena saya menggunakan utang untuk membiayai pensiun saya.  Dan
pasangan di Koran ini, orang-orang yang memiliki 401(k), menggunakan ekuitas
(kekayaan bersih) untuk mendanai pensiun mereka.  Itu sebabnya mereka butuh
waktu lebih lama untuk pensiun.”
Berhenti sejenak, saya  ingin membiarkan apa yang telah saya katakan
dimengerti sepenuhnya.  Akhirnya satu tangan teracung  ke atas dan bertanya,

UTANG
Vs.
EKUITAS 
“Anda katakan bahwa pria di koran itu menggunakan uangnya untuk pensiun dan
anda menggunakan uang kami untuk pensiun.”
“Betul,” saya berkata. “Saya menggunakan uang anda untuk lebih banyak berutang
dan dia berusaha untuk bebas utang.”
“Jadi itu sebabnya dia memerlukan waktu lebih lama,” seorang lain berkata.  “Dua
belas tahun lebih lama dibanding anda.  Dia memerlukan waktu lebih lama karena
dia menggunakan uangnya, ekuitasnya sendiri untuk pensiun.”

Delapan Belas Tahun Kehidupan
Saya tersenyum, menganggukkan kepala serta berkata,  “Dan bagi saya, pensiun
pada umur empat puluh tujuh memberi saya delapan belas tahun tambahan hidup
bila dibandingkan dengan orang yang  pensiun pada umur enam puluh lima.
Berapa nilai delapan belas tahun bagi anda … delapan belas tahun masa muda
anda?  Bagi istri saya, dua puluh delapan tahun tambahan waktu untuk menikmati
masa mudanya.  Berapa banyak diantara  anda yang ingin pensiun dini sehingga
anda dapat menikmati masa muda anda, vitalitas anda, dan  kebebasan anda …
kebebasan untuk melakukan apa saja yang anda inginkan dengan semua uang yang
anda butuhkan?”

Tangan-tangan teracung ke atas di seluruh ruangan.  Sekarang disertai
dengan lebih banyak senyum dari orang-orang yang mengacungkan tangan.
Orang-orang tampak mulai bersemangat.  Namun, seperti diperkirakan, ada orang-
orang yang duduk dengan tangan terlipat di dada dan kaki menyilang di atas lutut.
Pembicaraan saya tampaknya tidak diterima terlalu baik oleh orang-orang itu.
Orang-orang yang sinis dan skeptis ingin menjadi orang-orang yang sinis dan
skeptis.  Saya tampaknya tidak menjangkau mereka.  Paling  tidak saya sudah
selamat dari permulaan yang sangat buruk dan sebagian orang dalam kelompok
sudah berpindah ke sisi saya.

“Anda katakan bahwa pria di koran itu menggunakan uangnya untuk pensiun dan
anda menggunakan uang kami untuk pensiun.”
“Betul,” saya berkata. “Saya menggunakan uang anda untuk lebih banyak berutang
dan dia berusaha untuk bebas utang.”
“Jadi itu sebabnya dia memerlukan waktu lebih lama,” seorang lain berkata.  “Dua
belas tahun lebih lama dibanding anda.  Dia memerlukan waktu lebih lama karena
dia menggunakan uangnya, ekuitasnya sendiri untuk pensiun.”

Delapan Belas Tahun Kehidupan
Saya tersenyum, menganggukkan kepala serta berkata,  “Dan bagi saya, pensiun
pada umur empat puluh tujuh memberi saya delapan belas tahun tambahan hidup
bila dibandingkan dengan orang yang  pensiun pada umur enam puluh lima.
Berapa nilai delapan belas tahun bagi anda … delapan belas tahun masa muda
anda?  Bagi istri saya, dua puluh delapan tahun tambahan waktu untuk menikmati
masa mudanya.  Berapa banyak diantara  anda yang ingin pensiun dini sehingga
anda dapat menikmati masa muda anda, vitalitas anda, dan  kebebasan anda …
kebebasan untuk melakukan apa saja yang anda inginkan dengan semua uang yang
anda butuhkan?”

Tangan-tangan teracung ke atas di seluruh ruangan.  Sekarang disertai
dengan lebih banyak senyum dari orang-orang yang mengacungkan tangan.
Orang-orang tampak mulai bersemangat.  Namun, seperti diperkirakan, ada orang-
orang yang duduk dengan tangan terlipat di dada dan kaki menyilang di atas lutut.
Pembicaraan saya tampaknya tidak diterima terlalu baik oleh orang-orang itu.
Orang-orang yang sinis dan skeptis ingin menjadi orang-orang yang sinis dan
skeptis.  Saya tampaknya tidak menjangkau mereka.  Paling  tidak saya sudah
selamat dari permulaan yang sangat buruk dan sebagian orang dalam kelompok
sudah berpindah ke sisi saya.

Seorang pria muda di  barisan depan mengacungkan tangan dan berkata,
“Bersediakah anda menjelaskan sedikit lebih banyak tentang bagaiman anda
pensiun dini menggunkan utang dan bagaimana dia menggunakan ekuitas?”
“Tentu,” saya berkata, merasa senang mendapat kesempatan untuk menjelaskan
lebih jauh.  Sambil mengangkat koran dan menunjuk ke foto itu saya berkata,
“Orang ini pensiun enam tahun sebelum  jadwal, jika umur enam puluh lima
merupakan standar untuk pensiun, karena bursa saham berjalan dengan baik.  Jadi
dia berpenghasilan bagus karena dia menginvestasikan uangnya sendiri ke bursa.
Betapa jauh lebih bagus penghasilannya jika dia meminjam uang bank anda dan
menginvestasikan uang anda ke dalam bursa yang sama?”  

Kegelisahan segera terlihat di antara  hadirin.  Kata-kata  saya telah mengganggu
banyak orang yang hadir.  Pria muda itu, sekarang dengan wajah bingung,
kemudian berkata, “Tetapi kami tidak akan meminjamkan uang kepadanya untuk
diinvestasikan di bursa saham.”
“Kenapa?” saya bertanya.
“Karena itu sangat berisiko,” dia berkata.
Sambil mengangguk saya berkata, “Dan karena sangat berisiko pensinan ini
harus menggunakan uangnya sendiri … ekuitasnya.  Rencana pensiunnya, 401(k)-
nya, memberikan penghasilan bagus dan demikian juga pemilihan sahamnya.  Dia
berpenghasilan bagus karena  bursa berjalan dengan baik.  Bursa saham berjalan
dengan baik karena jutaan orang, seperti dia, melakukan hal yang sama pada saat
yang sama … sehingga dia pensiun dini.  Tetapi dia memerlukan waktu lebih lama
karena dia pada dasarnya menggunakan uangnya sendiri,  ekuitasnya, untuk
membeli  ekuitas pada investasi lain.  Yang menarik, dia berinvestasi pada
investasi yang industri anda tidak meminjamkan uang untuk berspekulasi di bursa
saham, bukan?”

Sebagian besar orang di ruangan itu menggelengkan kepala (tanda tidak bersedia
meminjamkan uang untuk berspekulasi di bursa saham).
“Jadi apakah anda mengatakan bahwa dia beruntung?” seorang lain lagi bertanya.
“Dia berada di tempat yang tepat pada umur yang tepat dan pada siklus bursa yang
tepat,” saya berkata.  “Jika dan ketika kecenderungan bergerak ke arah sebaliknya
dia mungkin berharap untuk tidak pensiun begitu dini.”
“Dan anda menggunakan uang kami untuk berinvestasi pada apa?” Tanya peserta
lain lagi.
“Real estat,” saya berkata.  “Anda meminjamkan uang untuk apa lagi?”  Bukankah
anda para bankir hipotek? Anda kan bukan bankir investasi?”
Pria muda itu menganggukkan kepala dan berkata dengan tenang, “Kami adalah
bankir hipotek dan kami meminjamkan  uang untuk real estat, bukan saham
obligasi, dan reksa dana.”
“Tetapi bukankah harga saham  naik lebih banyak daripada real estat dalam
sepuluh tahun terakhir?” Tanya seorang perempuan muda yang duduk beberapa
baris dari baris depan.  ”401(k) saya tumbuh lebih baik dibanding sebagian besa
investasi real estat yang pernah saya lihat.”
“Mungkin tiu benar,” saya menjawab.   “Tetapi 401(k) anda meningkat nilainya
karena momentum bursa dan  apresiasi modal.  Apakah anda mempunya
kebijakan untuk berinvestasi pada momentum bursa atau kemungkinan apresias
modal?”

“Bukan sebagai kebijakan,” kata perempuan muda itu.
“Demikian juga dengan saya,” saya berkata.  “Saya  tidak berinvestasi untuk
memperoleh apresiasi modal saja.  Nilai properti saya tidak harus meningka
nilainya supaya saya memperoleh uang … walaupun  sebagian telah meningka
drastis nilainya pada periode waktu yang sama dan tidak ada yang turun nilainya
seperti banyak saham dan reksa dana.”
“Jika kalau anda tidak berinvestasi untuk memperoleh apresiasi modal, untuk apa
anda berinvestasi?” Tanya perempuan muda itu.
“Saya berinvestasi untuk memperoleh  arus kas (aliran uang),” saya berkata
dengan tenang.  “Berapa banyak arus kas per bulan yang dimasukkan ke kantong
anda oleh 401(k) untuk dibelanjakan setiap bulan?”
“Tidak ada,” kata perempuan muda itu.   “Tujuan rencana pensiun saya adalah
untuk memperoleh semua apresiasi modal bebas pajak sehingga seluruh uang saya
tetap berada pada rekening pensiun saya.  Ia tidak didesain untuk memberi saya
arus kas bulanan.”
“Dan apakah anda mempunyai real estat sebagai investasi yang memberi anda arus
kas bulanan dan keringanan pajak?” saya bertanya.
“Tidak,” kata perempuan muda itu.  “Yang saya miliki hanyalah rencana investasi
yang berinvestasi di reksa dana.”
“Dan anda seorang bankir hipotek?” saya bertanya dengan senyum menggoda.
“Izinkan saya berbicara  terus terang,” kata perempuan muda itu.  “Anda
meminjam uang kami untuk membeli real  estat.  Setiap bulan real estat itu
memberi anda arus kas.   Anda dan istri anda bisa  pensiun dini karena anda
mempunyai arus kas sedang kami berharap pensiun di kemudian hari … berharap
bursa tidak jatuh ketika tiba giliran kami untuk pensiun.  Dengan kata lain kami
menolong anda pensiun dini tetapi kami tidak menolong diri kami sendiri?”
“Itu mungkin satu cara untuk melihatnya,”  saya menjawab.  “Dan itu sebabnya
saya berada di sini untuk mengucapkan terima kasih kepada anda dan industri anda
karena telah memberikan  sumbangan pada dana pensiun saya.  Anda telah
menyumbang jutaan dollar sehingga saya  bisa pensiun dini.  Saya ingin anda
memikirkan untuk melakukan hal yang sama bagi diri anda sendiri.”

Waktu saya segera habis  dan saya menerima tepuk tangan hormat saat saya
meninggalkan panggung.  Ruangan sekarang bangun dan tampak ada kegembiraan
tentang apa yang telah saya  katakan, terutama dari  orang-orang muda.  Ketika
berjalan melewati orang-orang yang sedang bersalaman, saya mendapat
kesempatan mendengar beberapa komentar tentang  ceramah saya.  Walaupun
mereka adalah para bankir hipotek,  saya masih bisa  mendengar komentar-
komentar yang selalu saya  dengar dari orang banyak mana pun.
Komentar-komentar seperti :
1.  “Apa yang dikatakannya sangat berisiko.”
2.  “Saya tidak akan meminjaminya uang.”
3.  “Dia tidak tahu apa yang dibicarakannya.”
4.  “Anda tidak dapat melakukannnya sekarang.  Pasarnya berbeda.”
5.  “Dia beruntung.  Tunggu  saja sampai bursa jatuh dan dia datang mengemis
kepada kita sambil berlutut.”
6.  “Saya tidak memperbaiki toilet.  Karena itu saya tidak punya real estat.”
7.  “Pasar real estat dibangun berlebihan.  Segera akan jatuh.”
8.  “Tahukah anda berapa banyak orang seperti dia yang hancur di real estat?”
9.  “Kalau utangnya sangat tinggi, saya tidak akan meminjaminya uang.”
10.  “Kalau dia pensiun, mengapa dia berbicara kepada kita?”

Pelajaran Ayah Miskin
Ayah miskin saya sering  menasihati, “Bersekolahlah, dapatkanlah nilai-nilai
yang bagus, carilah pekerjaan yang aman terjamin, bekerja keraslah, dan
menabunglah.”  Dia juga mengutip ucapan-ucapan terkenal lainnya seperti,
“Jangan pernah menjadi peminjam atau pun pemberi pinjaman.”  Dan “Satu sen
yang ditabung adalah satu sen yang diperoleh.”  Atau “Kalau kamu tidak sanggup
membeli sesuatu jangan membelinya.  Selalu bayarlah tunai.”

Kehidupan ayah miskin saya akan sangat baik kalau dia menuruti nasihatnya
sendiri, tetapi seperti  banyak orang, dia mengatakan apa yang menurutnya
merupakan kata-kata yang benar tetapi tidak melakukan hal-hal yang benar.  Dia
meminjam uang untu membeli rumah dan mobilnya.  Dia tidak pernah berinvestasi
karena dia selalu mengatakan, “Berinvestasi itu berisiko.”  Sebaliknya dia
berusaha menabung … tetapi setiap kali ada kebutuhan mendadak, dia akan

mengambil uangnya dari tabungan.  Dia meminjam uang untuk membeli barang-
barang yang membuatnya miskin dan dia menolak meminjam uang untuk hal-hal
yang bisa membuatnya kaya.  Perbedaan yang tidak disadari inilah yang
mengakibatkan perbedaan besar dalam hidupnya.  Cara  berpikir dan mengelola
uang yang dilakukannya seumur hidup inilah yang membuatnya tidak sanggup
pensiun pada umur enam puluh lima.   Juga menjelaskan mengapa dia harus
bekerja terus hingga dia tidak bisa bekerja lagi karena sakit kanker.   Dia bekerja
keras seumur hidup dan selama enam  bulan terakhir hidupnya, dia berjuang
melawan penyakit kankernya.  Dia seorang pria yang baik dan rajin, yang
menghabiskan hidupnya untuk  bekerja keras, berusaha menghindari utang, serta
berusaha menabung.  Dan itulah pelajaran tentang hidup dan uang yang berusaha
disampaikannya kepada saya. 

Pelajaran Ayah Kaya
Ayah kaya saya, pria yang merupakan sahabat ayah saya, memberi nasihat yang
berbeda dan cara berpikir yang berbeda mengenai uang.  Dia berkata dan
menanyakan hal-hal seperti:
1.  “Berapa lama waktu yang kamu perlukan untuk  menabung $ 1 juta?”  Dia
kemudian bertanya, “Berapa lama waktu yang kamu perlukan untuk meminjam
$ 1 juta?”
2.  “Siapa yang akan lebih kaya dalam  jangka panjang? Orang yang bekerja
seumur hidup dan berusaha menabung satu juta dollar? Atau orang yang tahu
cara meminjam satu juta dollar dengan bunga 10 persen dan juga tahu cara
menginvestasikannya dan menerima pengembalian 25 persen per tahun dari
satu juta dollar yang dipinjamnya itu?”
3.  “Kepada siapa seorang bankir lebih suka meminjamkan uangnya? Orang yang
bekerja keras untuk memperoleh uang,  atau orang yang tahu cara meminjam
uang dan membuat uang itu bekerja keras dengan aman dan cerdas baginya?”

4.  “Kamu harus menjadi siapa dan apa yang harus kamu ketahui supaya bisa
menelepon bankirmu dan berkata, ‘Saya ingin meminjam satu juta dollar.” 
Lalu bankir itu akan berkata, ‘Saya akan menyiapkan dokumennya untuk anda
tandatangani dalam dua puluh menit.’”
5.  “Mengapa pemerintah  memajaki tabunganmu tetapi memberi  keringanan
pajak karena berutang?”
6.  “Siapa yang  harus lebih pandai dan memperoleh pendidikan finansial yang
lebih baik?  Orang dengan  tabungan satu juta dollar atau orang dengan utang
satu juta dollar?”
7.  “Siapa yang harus lebih pandai dengan uang?  Orang yang bekerja keras untuk
memperoleh uang atau orang yang mempunyai uang yang bekerja keras
untuknya?”
8.  Kalau kamu punya pilihan pendidikan, apakah kamu akan memilih bersekolah
untuk belajar cara bekerja keras untuk memperoleh uang, atau apakah kamu
lebih suka bersekolah  untuk belajar cara mempunyai uang yang bekerja
keras untukmu?”
9.  “Mengapa seorang bankir akan dengan senang hati meminjamimu uang untuk
berspekulasi di real estat, tetapi  akan ragu-ragu meminjamimu uang untuk
berspekulasi di bursa saham?”
10.  “Mengapa orang-orang yang bekerja paling keras dan menabung paling banyak
membayar pajak  lebih banyak dibanding orang-orang yang bekerja lebih
sedikit dan meminjam lebih banyak?”

Ketika berbicara tentang pekerjaan, uang, tabungan, dan utang, terlihat jelas
bahwa kedua ayah saya mempunyai sudut pandang yang sama sekali berbeda. 
Tetapi perbedaan terbesar dalam sudut  pandang adalah pernyataan ayah kaya
saya ini: “Orang miskin dan kelas menengah sulit menjadi kaya karena mereka
berusaha menggunakan uang mereka sendiri untuk menjadi kaya.  Kalau kamu

ingin menjadi kaya, kamu perlu tahu cara menggunakan uang orang lain untuk
menjadi kaya … bukan uangmu sendiri.”

Saya menekankan hal ini karena di situs Web saya,  seorang pemuda menulis
bahwa dia baru saja meninggalkan  pekerjaannya, mengambil beberapa kartu
kredit, dan berutang sangat banyak untuk membeli real estat.  Dia berkata, “Saya
mengikuti nasihat Robert dan berutang sangat banyak dengan utang bagus.”
Pertama-tama, saya tidak pernah menyarankan siapa pun untuk menggunakan
kartu kredit guna membeli real estat.  Jika anda tahu cara berinvestasi, anda tidak
perlu menggunakan skema pembiayaan investasi anda yang begitu berisiko.
Meskipun saya mengetahui orang yang telah berinvestasi di real estat
menggunakan kartu kredit, saya tidak menyarankan proses ini, karena bisa sangat
berbahaya.  Saya tidak  menyarankan prosesnya karena saya mengetahui lebih
banyak orang yang telah menggunakan kartu kredit untuk membeli real estat dan
telah bangkrut.  Yang saya sarankan adalah menjadi berpendidikan dan belajar
cara menggunakan utang dengan bijaksana.

Nasihat dan peringatan : Buku ini bukan tentang meminjam uang dan
berutang banyak … meskipun saya akan membicarakan penggunaan
utang sebagai alat untuk pensiun dini dan pensiun kaya.  Seperti saya
nyatakan dalam pendahuluan buku ini, daya ungkit merupakan
kekuatan … dan kekuatan dapat digunakan, disalahgunakan, atau
ditakuti.  Kita harus memperlakukan utang seperti senjata berisi peluru,
sangat berhati-hati.  Utang, seperti senjata berisi peluru, dapat
menolong anda dan dapat membunuh anda … siapa pun yang
menggunakannya.  Perlakukanlah semua utang sebagai sesuatu yang
berbahaya sama seperti anda harus menganggap semua senjata
berbahaya. 
Walaupun saya mengawali bab ini dengan membicarakan tentang perbedaan
antara utang vs. ekuitas, buku ini bukan  hanya tentang utang.  Buku ini adalah
tentang topik yang lebih penting bagi siapa saja yang ingin pensiun muda dan
pensiun kaya.

Kata Terpenting Kedua
Pada pendahuluan  saya menulis tentang ayah  kaya yang berkata, “Kata
terpenting dalam dunia uang adalah arus kas.  Kata terpenting kedua adalah daya
ungkit (leverage).”
Ketika saya berbicara kepada para bankir hipotek tentang menggunakan uang
mereka untuk pensiun dini, saya sebenarnya sedang berbicara tentang
menggunakan uang mereka sebagai daya ungkit.  Sebagai seorang anak yang
belajar dari ayah kaya saya, dia menghabiskan banyak waktunya untuk mengajar
putranya dan saya tentang pentingnya daya ungkit.
Sebelum ini pada pendahuluan, saya menulis bahwa kisah daya ungkit favorit ayah
kaya adalah kisah Daud dan Goliat.  Ayah kaya berulang-ulang menceritakan
kisah ini kepada kami sesering kami ingin mendengarnya.  Dia berkata, ”Ingatlah
selalu, anak-anak, bahwa Daud mengalahkan Goliat karena Daud mengerti prinsip
daya ungkit.”
“Menurut saya dia menggunakan umban (tali untuk melontarkan batu),” saya
berkata.
“Betul,” kata ayah kaya.   “Di tangan yang tepat, sebuah umban merupakan suatu
bentuk daya ungkit.  Setelah kamu mulai mengerti kekuatan daya ungkit, kamu
akan melihatnya di mana-mana.  Kalau kamu ingin menjadi kaya, kamu harus
belajar memanfaatkan kekuatan daya ungkit.”  Ayah  kaya juga mengatakan
berkali-kali supaya kami ingat, “Meskipun kamu hanya anak-anak kecil di dunia,
kamu dapat mengalahkan anak-anak besar kalau kamu mengerti kekuatan daya
ungkit.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar